Kamis, 09 Oktober 2014

Refleksi 20 Tahun Kebangkitan Tarbiyah di Indonesia


Katakanlah:"Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". (QS. 5:100)
Mengapa kita mengenang kembali bangkitnya tarbiyah ?
Karena tarbiyah islamiyah sendiri mengajar kita bercermin kepada sejarah. Sejarah adalah pelajaran yang tak akan usang, sumber inspirasi dan semangat juang, penyambung risalah pergerakan, serta sumber pengetahuan dan peradaban. Firman Allah,
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. 12:111)
Mengapa kita sebut bangkitnya tarbiyah dan bukan bangkitnya gerakan tarbiyah ?
Karena tarbiyah sebenarnya telah ada semenjak sebelum turunnya manusia di muka bumi (2:31), sejak para Rasul dan Nabi mendidik ummatnya untuk berinteraksi dengan ajaran yang mereka bawa. Tarbiyah bukan milik satu kelompok atau golongan. Tarbiyah adalah milik seluruh ummat Islam. Inilah salah satu maksud firman Allah,
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Tuhanani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (Q. 3:79)
Siapakah pelopor tarbiyah islamiyah itu ?

Pelopor tarbiyah islamiyah adalah Rasul-rasul Allah alaihimus salaam. Penghulu mereka adalah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam. Tak ada guru sehebat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam, dan tak ada murid sehebat para shahabat radhiallaahu anhum. Ummat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pertamanya itu. Nabi sebagai guru terbaik tidak berkata-kata, bersikap, dan bertindak kecuali dengan bimbingan dari Allah subhaanahu wa taala. Sedangkan para shahabat mengisi hari-harinya selama lebih 20 tahun dengan semua keteladanan gurunya itu secara kreatif dan independen.
Bagaimanakah tarbiyah islamiyah setelah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya ?
Tarbiyah menjadi tradisi di tengah mayoritas kaum muslimin. Mereka telah mengaplikasikannya secara baik. Maka setiap rumah muslim merupakan sekolah. Ayah dan ibu setiap anak yang lahir dari kalangan tabiin menjadi murobbi dan murobbiyah anak-anaknya. Selain itu masjid menjadi tempat para ulama ummat mendidik masyarakat. Masjid adalah sekolah kedua setelah rumah mereka masing-masing. Anak dan remaja membuat lingkaran mengelilingi seorang ustadz yang ahli dalam masalah tertentu. Bukan hanya menyangkut pedoman hidup, tetapi juga masalah bahasa dan kesusasteraan, sejarah dan peradaban. Lama kelamaan masjid tak lagi mampu menampung para murid karena bidang yang diajarkan pun semakin banyak. Belum lagi anak perempuan dan remaja putri pun ikut belajar di masjid sehingga dari segi waktu kegiatan tarbiyah di masjid tidak lagi memadai untuk seluruh pelajaran. Maka terbentuklah sekolah-sekolah di sekitar masjid itu untuk mereka yang belajar ilmu pengetahuan baik itu untuk minhajul hayat atau pun wasailul hayat.
Kaum muslimin yang semakin banyak dan menyebar di seluruh dunia saat itu menyebarkan rahmat Allah, mereka menjadi guru bangsa-bangsa lain di dalam akhlaq dan peradaban, dalam budaya dan ilmu pengetahuan.
Bukankah kaum muslimin mengalami kemunduran di bidang politis setelah berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz. Bagaimanakah tarbiyah ini bisa berkembang saat itu ?
Dari segi politis, secara kualitatif kaum muslimin memang mengalami sedikit kemunduran namun mereka masih tetap berada dalam naungan sistem dan syariat Islam. Secara kuantitatif ummat Islam maju pesat, terjadi pengembangan wilayahyang sangat dahsyat ke seluruh dunia sehingga nyaris 4/5 bagian dunia jatuh di bawah kekuasaan kaum muslimin. Banyak negeri-negeri yang menerima Islam secara sukarela meskipunada pula yang menerima secara terpaksa setelah mereka kalah di dalam peperangan melawan kaum muslimin.
Meski melakukan perluasan ke berbagai penjuru dunia, keutuhan pola tarbiyah tetap terpelihara sebab ummat Islam saat itu menyadari firman Allah,
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. 9:122)
Selain itu, kaum muslimin mengajak manusia yang ditemuinya di mana saja untuk mengikuti jalan Allah yang penuh berkah ini.
Bagaimanakah dengan tarbiyah Islamiyah di Indonesia saat itu ?
Setelah berakhirnya masa Khulafaur rasyidin sampai masa runtuhnya Khilafah Utsmaniyah telah terbentuk pula kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di seluruh pelosok. Kekhilafahan pusat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain menaungi kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di seluruh dunia. Negara bagi ummat Islam tidak lain hanyalah alat untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Maka dakwah Islam menjadi sebab utama munculnya berbagai kerajaan Islam di seluruh dunia termasuk di kepulauan Nusantara. Berkat kerja keras dakwah dan tarbiyah para pembawa ajaran Islam tersebut maka tegaklah kerajaan Perlak, Samudra Pasai, Pagaruyung, Palembang (Sumatra), Demak, Mataram (Pulau Jawa), Pontianak, Pangkalan Bun, Banjar, Kutai (Kalimantan), Kesultanan Makassar dan Bone (Sulawesi), Kesultanan Ternate dan Tidore (Maluku), dan lain-lain. Kesemuanya adalah hasil dakwah dan tarbiyah dari para mujahid dakwah. Para wali yang menyebarkan Islam di berbagai kepulauan Nusantara tidak hanya mengajarkan akidah, fikih, dan akhlak tetapi juga membangun masyarakat dan bangsa. Mereka disebut wali jamaknya awliya karena mereka adalah pemimpin-pemimpin negara yang menyampikan dakwah Islam keseluruh pelosok Nusantara. Gelar mereka pun Sunan yang lebih tinggi derajatnya dari Sultan.
Mereka adalah para pendidik bangsa ini dari kejahiliyahan berbagai bentuk ajaran nenek moyang sehingga mereka mengenal ilmu peradaban Islam. Karena Islamlah maka bangsa ini terbangun. Para da'i inilah yang mendidik orang-orang Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, sampai ke Ternate dan Tidore mengenal budaya.
Bagaimanakah kondisi tarbiyah islamiyah di masa penjajahan ?
Karena bentuknya yang kecil-kecil dan jauhnya hubungan kerajaan-kerajaan tersebut denga pusat khilafah semakin lemah sehingga satu persatu dapat ditaklukkan oleh Penjajah. Pada saat-saat seperti itu terjadilah kemorosatan yang sangat dahsyat pada kondisi politik Ummat. Selain itu kemerosotan ini juga disebabkan kondisi pusat-pusat peradaban Islam yang semakin jauh dari nilai-nilai ruhiyah sehingga muncullah berbagai macam aliran kelompok-kelompok sufi yang menyebar sampai ke Nusantara.
Di tengah kemerosotan politik ini mengakibatkan kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di pedalaman semakin jauh dari nilai-nilai keislaman. Saat itu tarbiyah islamiyah berlangsung dengan menjadikan pesantren-pesantren sebagai tempat untuk mendidik anak. Pesantren ini banyak kita jumpai di pesisir pantai Jawa. Pesantren adalah paduan dari berbagai unsur. Unsur asli adalah sekolah uzlah sebagaimana yang dilakukan para sufi menjauhi dunia. Pesantren sangat dipengaruhi budaya sekolah hindu, keyakinan masyarakat Indonesia sebelumnya. Karena itu istilah-istilah berbau kejawen masih ada.
Apabila kerajaan Islam yang berbasis pertanian itu takluk kepada penjajah maka kaum muslimim yang taat bertahan di pesantren-pesantren yang juga menjadi basis terakhir perlawanan terhadap penjajah. Penjajah tidak bisa sama mengubah agama rakyat secara masal. Mereka hanya memonopoli perdagangan, menjadikan penguasa sebagai boneka, dan mulai membuat kristenisasi kecil-kecil tetapi nampak dengan jelas upaya-upaya yang terancang untuk membentuk kekuatan Nasrani. Ini tampak dengan muculnya kota-kota baru yang sekuler dengan gerejanya. Misalnya, dekat dengan Sunda Kelapa (sekarang Jakarta) muncul Jatinegara, Depok, dan Bogor dekat dengan Kerajaan Cirebon muncul Lembang dan Bandung, dekat Demak dan Kudus muncul Semarang dan Salatiga, dekat Kerajaan Gowa muncullah kota Makassar dan seterusnya.
Apakah ada upaya-upaya tajdid (pembaharuan) terhadap pada saat tersebut ?
Dari kalangan tradisional para habaib dari Yaman masuk pada abad ke 19. Mereka melakukan perbaikan-perbaikan dalam pendidikan Islam. Sayyid Salim Al Jufrie sebagai contoh, datang ke Indonesia dan langsung mendirikan Al Khairaat. Beliau sangat terharu dengan merosotnya pendidikan Islam sehingga berkeliling ke daerah Indonesia Timur untuk mendirikan pesantren-pesantren yang baru pada daerah yang dilaluinya dia mendirikan sekolah dan mengajar beberapa tahun kemudian merantau lagi sehingga muncullah sekolah-sekolah Islam tradisional yang berkualitas saat itu.
Tajdid terhadap tarbiyah islamiyah sesungguhnya terjadi dengan masuknya pemikiran Imam Ahmad Hambal, Ibnu Taymiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab ke Indonesia pada abad 19 dan awal abad 20. Perubahan ini sebagai akibat kedatangan kembali para da'ie Arab seperti Syekh Ahmad Syurkati yang di negerinya sendiri telah berlangsung perubahan dan pulangnya para pemuda Islam yang belajar pada Syekh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha di Mesir. Mencapai puncaknya dengan munculnya berbagai organisasi Islam modern seperti Muhammadiyyah, Al Irsyad, Persis dengan tokohnya yang terkenal Ahmad Hasan. Secara politis pemikiran inilah yang mengilhami bangkitnya kaum muslimin melawan penjajah. Pergerakan-pergerakan Islam jelas mempunyai andil besar dalam memberikan kesadaran bagi pentingnya kemerdekaan. Sebagai contoh munculnya Syarikat Islam (1911) yang bergerak di bidang politik dipelopori oleh HOS Cokroaminoto. Sebelumhya telah muncul Syarikat Dagang Islam (1905) di bidang ekonomi dan sesudahnya Muhammadiyyah (1912) di bidang sosial pendidikan. Yang termasuk aktif mengadakan pembaharuan adalah Persis yang melakukan pembaharuan radikal.
Namun saat itu sebagai reaksi terhadap munculnya pembaharuan tersebut kaum tradisional dipelopori oleh para pemimpin Habaib memunculkan pula organisasi Nahdlatul Oelama (1926) yang direstui oleh Gubernur Hindia Belanda.
Di tengah pergolakan tradisional dengan nmodernis yang terjadi pada ummat Islam di nusantara ini paham nasionalisme tumbuh subur. Soekarno yang menjadi pelopornya adalah murid dari HOS Cokroaminoto dan belajar debat kepada Ahmad Hasan.
Pada saat itu tarbiyah islamiyah berkembang terus di pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh para pembaharu tersebut. Ketika kemerdekaan yang merupakan karunia Allah diperoleh, bangsa yang baru ini mengalami euforia nasionalisme yang juga melanda kaum muslimin. Sebagai contoh pergerakan kemerdekaan milik umat Islam Hizbullah dan Hizbul Wathon sebagian bergabung ke BKR yang menjadi cikal bakal TNI dan Panglima Besar Soedirman adalah peletak dasar-dasar kemiliteran di Indonesia.
Bagaimanakah keadaan tarbiyah islamiyah pada saat presiden pertama RI ?
Periode Soekarno tarbiyah islamiyah mengalami kemerosotan yang tajam kembali karena kemenangan politis kaum nasionalis sangat mempengaruhi ummat Islam. Tokoh-tokoh politik Islam seperti Natsir, Muhammad Roem, Kasman Singodimejo, Haji Agus Salim, pun bergabung dengan mereka untuk membentuk suatu nation yang kuat. Hal ini membuat munculnya gerakan Darul Islam yang dipelopori oleh Marijan Kartosuwiryo yang oleh Soekarno dan kaum nasionalis dianggap sebagai pemberontak. Sementara di kalangan modernis dan tradisionalis terjadi pertentangan meskipun hanya menimbulkan perpecahan politis saja. Berbagai kejadian politis pada periode ini sangat buruk pengaruhnya bagi perkembangan dakwah dan tarbiyah sehingga banyak ummat Islam di masa itu yang berubah menjadi nasionalis dan sekuler. Ummat Islam baru sadar ketika Soekarno memunculkan sinkretisme agama, nasionalis dan komunis.
Bagaimanakah kondisi tarbiyah islamiyah di era Soeharto ?
Pada awal pemerintahannya, bangsa Indonesia sangat terpuruk karena di akhir kekuasaan Soekarno ekonomi bangsa morat-marit. Soeharto berorientasi kepada ekonomi dan stabilitas. Maka saat itu pendidikan Islam benar-benar dikuasai oleh negara. Kurikulum pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah Islam dimasuki oleh pemikiran-pemikiran kaum nasionalis sekuler sehingga akhlak para santri merosot tajam, tindakan-tindakan refresif yang berlangsung terhadap dakwah membuat ummat Islam hampir tak berkutik. Di bidang politik Soeharto berhasil secara sistematis dan tekanan yang halus membuat ummat Islam bergabung dengan satu partai yang dirancang untuk kalah. Sementara itu pada periode 70 sampai 80 kristenisasi mulai merajalela karena diberi ruang dan kesempatan oleh Soeharto, maka tarbiyah islamiyah saat itu benar-benar mengalami keterpurukan yang luar biasa. Pada saat itu tidak kita temui seorang wanita berjilbab di jalan-jalan. Sampai Majlis Ulama pun dikuasai orang-orang pro Soeharto setelah Buya Hamka diganti dan kemudian wafat.
Bagaimanakah bangkitnya tarbiyah islamiyah dalam kondisi ini. Darimanakah gerakan tarbiyah itu muncul ?
Berbagai pendekatan represif terhadap masyarakat menjadikan berbagai ormas menjadi mandul. Namun anehnya, mereka mendukung Soeharto yang sangat pandai mengambil hati para tokohnya. Sekolah-sekolah keislaman menjadi mandul karena dicekoki dengan program-program pembangunan. Sementara itu kalangan DM (Dewan Mahasiswa) yang menjelang jatuhnya Soekarno sangat kuat dibubarkan. Sementara itu organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra mengalami kemandulan ketika diberlakukannya NKK dan BKK sehingga para mahasiswa praktis hanya belajar di sekolah. Namun kesadaran beragama mereka tumbuh dan berkembang. Saat itu ramai berlangsung kegiatan-kegiatan training keislaman di kampus-kampus sekuler tersebut, di Jakarta muncul training ala NDI yang dipelopori oleh DDI, di Bandung muncul LMD Masjid Salman. Sayangnya training-training tersebut hanya bersifat sentuhan dasar saja. Para mahasiswa yang ditraining itu sngat haus buku bacaan sehingga buku keislaman apa saja akan mereka baca. Revolusi Iran tahun 1979 memberi dorongan semangat militansi kepada para mahasiswa dan pelajar Islam saat itu. Berbagai tekanan terhadap umat Islam juga berpengaruh mendalam bagi kebangkitan mereka. Mereka menjadikan mesjid-mesjid Kampus sebagai pusat kegiatan.
Gerakan tarbiyah mulai berlangsung tahun 1980-an. Gerakan ini berorientasi pada Tarbiyatur Rijal atau Tajnid Nukhbawi. Semula dilakukan upaya perbaikan pada ormas-ormas pemuda Islam tetapi hasilnya sangat kecil. Gerakan tarbiyah ini mulai berkembang pada tahun 83 dan 84 ketika pembinaan terhadap para mahasiswa di kampus-kampus s ekolah umum mulai dilakukan. Maka munculah istilah halaqoh, liqo, ikhwan dan akhwat pada para aktivis masjid di kampus. Buku-buku Sayyid Qutb, Abdul Qadir Audah, Abul A'la Al Maududi diterjemahkan dan pengaruhnya sangat besar. Para mahasiswa itu mempelajari buku Risalah Ta'lim yang ditulis Imam Syahid Hasan Albana. Penerbit Salman sangat berjasa dalam menyebarluaskan pemikiran gerakan dakwah Al Ikhwanul Muslimun yang digandrungi para pelajar dan mahasiswa itu.
Sejak saat itu telah muncul fenomena jijlbab di sekolah-sekolah dan kampus umum. Tentu saja ini mendapat reaksi keras dari masyarakat dan pemerintah yang kemudian secara resmi melarang pemakaian jilban di SMA. Para pelajar dan mahasiswa Islam beserta kaum muslimin melakukan demo jilbab di Masjid Al Ahzar. Tetapi justru tekanan terhadap umat islam semakin keras. Para da'ie yang vokal ditangkap dan dijebloskan penjara, ummat Islam difitnah, dakwah islamiyah dicurigai debgai sumber gerakan ekstrimis yang dihubungkan dengan gerakan DI. Pada tahun 1984 terjadi peristiwa Priok yang sangat menyakitkan dan melukai hati ummat Islam terjadi.
Karena itu gerakan tarbiyah bergerak terus berkembang secara sirriyah. Mereka seakan-akan tidak perduli dengan kondisi politik di tanah air dan khusyu dengan dakwah dan tarbiyahnya yang khas. Namun kampus tetap menjadi basis mereka. Gerakan ini selanjutnya menguasai masjid-masjid dan lembaga dakwah kampus dipelopori Ust. Rahmat Abdullah. Gerakan tarbiyah ini mendapat kemajuan lagi setelah pulangnya para pelajar dari Timur Tengah dari Arab mulai tahun 1988 ke atas seperti: ust Abd Hasib Hasan, Dr. Salim Al Jufri, Ust. Yusuf Supendi, Dr. Hidayat Nurwahid, dan lain-lain. Dari Mesir seperti Ust. Abd Roqib dan Ust. Musyaffa serta telah lulusnya mahasiswa Makhad LIPIA. Para aktivis berkafaah syar'ie itu mendirikan mahad-mahad islamiyah sebagai penunjang pendidikan formal para mahasiswa tersebut.
Akibatnya perkembangan pemahaman dan kegiatan Islam para mahasiswa di kampus semakin meningkat sangat peray. Di berbagai PT negeri gadis-gadis muslimah yang berjilbab semakin banyak. Demikian juga di kalangan anak-anak SMU. Ini memberi pengaruh kepada sekolah-sekolah Islam dan pesantren-pesantren sehingga muncullah kesadaran kembali ke syariat Islam. Semarak dakwah pun muncul di kantor-kantor dan di masjid-masjid meski harus hati-hati ketika berbicara politik.
Sejalan dengan itu sejak tahun 1987 itu juga mereka yang telah lulus menyebar dan mengembangkan dakwah ke seluruh Indonesia. Para ikhwah dari STAN misalnya, menyebar ke berbagai kota besar dari Aceh sampai Irian Jaya. Mereka menjadi pelopor tarbiyah di kota-kota tersebut. Pergerakan dakwah menata penyebaran itu dengan pengiriman da'ie rutin ke berbagai daerah secara periodik.
Apakah hubungan Gerakan Tarbiyah dengan gerakan KAMMI dan Partai Keadilan ?
Pada tahun 90 an Soeharto mulai melakukan pendekatan pada Ummat Islam. Sikapnya mulai melunak dengan dimunculkannya ICMI tetapi KKN-nya telah merajalela sehingga orang-orang yang tidak suka dengan kepemimpinannya semakin banyak.
Menjelang kejatuhan Soeharto gerakan dakwah yang disebut orang sebagai jamaah tarbiyah ini melahirkan KAMMI dan menjadi garda terdepan dalam demo-demo mahasiswa untuk menggeser RI1. KAMMI sekarang menjadi organisasi mahasiswa yang terkemuka yang independen sebagai khidmat gerakan tarbiyah kepada perjuangan dakwah kaum muslimin di Indonesia.
Pergerakan dakwah dengan basis tarbiyah ini kemudian memunculkan Partai Keadilan setelah Soeharto lengser yaitu di masa Presiden BJ Habibie. Orang-orang terkejut karena partai ini memiliki massa yang solid dan tampil santun. Para pengurusnya mencerminkan akhlak Islam. Jaringannya dengan mudah lahir di berbagai propinsi di Indonesia bahkan mempunyai perwakilan-perwakilan luar negeri. Partai Keadilan adalah partai dakwah yang menjadikan tarbiyah sebagai ruh pergerakannya. Dia dibangun oleh tokoh dan para pelopor kebangkitan tarbiyah islamiyah di Indonesia. Lahir untuk melanjutkan kesinambungan dakwah Islam bersama kelompok ormas ataupun partai Islam lainnya di Indonesia.
Disampaikan oleh Aus Hidayat Nur, Ketua DPP Partai Keadilan, salah seorang dari 53 orang pendiri Partai Keadilan.
SUMBER: klik disini ;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar